Sudah Tau Dunia ini Sementara!

 


Muslim mana yang tidak tau setelah hidupnya di dunia akan ada kehidupan yang hakiki? “no body!”. Tapi realitas jelas terlihat bahwa masih banyak saja yang suka menikmati kenikmatan-kenikamatan semu. Panggilan adzan terkalahkan oleh panggilan wc. Ceritanya lagi ngitung uang nih, adzan sayup-sayup terdengar. Apa yang dilakukan? malah tak memperdulikan panggilan Alloh yang Maha pemberi rizki dan terus saja menghitung uang. Begitu juga ketika nonton tv, baca buku, ngobrol, bbman, smsan, teleponan, mengendarai motor, kerja, dan lain-lain, cuek saja tidak menggubris dan menunda-nunda dalam memenuhi panggilan-Nya, “nanti sajalah lagi nanggung niih waktu sholat masih panjang ko”. Lain cerita kalau kita sakit perut pengen buang air besar, seketika itu juga langsung ke wc. Panggilan Raja seluruh alam kalah sama panggilan wc. Masya Allah..

Kalau masih kurang jelas bayangin deh ketika kita dipanggil oleh guru/dosen/bos/atasan, terus kita malah asik-asikan santey sama temen-temen, sudah barang tentu guru kita pasti kecewa. Melalaikan panggilan adzan ini yang dikecewakan adalah Alloh yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, berani sekali sudah punya apa sih?. Solat itu pekerjaan utama seorang muslim. Gak masuk (bolos) sehari kerja atau ngampus pasti kita sendiri yang rugi gak dapet pesangon dari bos atau gak dapet ilmu dari guru, apalagi kalau sampai seminggu, sebulan, setahun bisa-bisa dipecat/ didrop out. Pertanyaannya sekarang, sudah berapa lama kita tidak masuk mesjid untuk solat berjaamaah (khususnya laki-laki)? Sehari? Seminggu? Sebulan? hati-hati jangan sampai menyesal kemudian.

Masih banyak saja yang suka menikmati kenikmatan-kenikmatan semu. Padahal yang abadi itu nanti di akhirat. Di dunia ini harus berlaku seperti seorang pengembara yang mengambil sesuatu seperlunya saja, untuk bekal hingga sampai di tujuan. Semuanya sudah jelas ko, buat kita tatacara dalam hidup ini cuman mencontoh, kita tinggal mengikuti, contoh-contohnya gampang sekali kita temukan. Tapi sekarang berapa banyak sih yang mengkhususkan menyediakan waktunya untuk mengkaji Al-Quran dan Al-Hadits? Bagaimana bisa mencontoh jika yang kita tahu hanya tontonan televisi yang mempertontonkan aurat, gaya berpacaran remaja, musik kebarat-baratan, mengidolakan orang yang tak seiman, atau menerima berbagai pengetahuan tata cara hidup yang sama sekali tidak dicontohkan oleh Rasul dan para Sahabatnya. Pantas saja jika kita semakin jauh dari Alloh, karena pengetahuan-pengetahuan yang kita terima sehari-hari sebagian besar merupakan kultus yang membenarkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan  yang jelas-jelas tidak ada contohnya dari Rasul ataupun para Sahabat. Hidup itu bukan pilihan tapi suatu keharusan untuk menempuh jalan yang telah diatur oleh Alloh Ta’ala. Tidak ada larangan terhadap kita untuk menuntut ilmu dunia, akan tetapi kita juga jangan sampai lupa yang pokok, yakni jangan pernah berhenti membekali diri dengan terus-menerus mencari ilmu agama.

Kenapa masih banyak saja yang berpacaran sebelum menikah? Padahal tidak ada sama sekali perintah tentang hal tersebut. Kisah cinta terindah sepanjang masa telah dicontohkan oleh Syaidina Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad SAW. Perasaan cinta tidak pernah terwujud lewat prilaku, tak pernah terungkap lewat perkataan, semua itu mereka rahasiakan dan memendamnya dalam-dalam sebelum akhirnya terikat dalam bingkai pernikahan yang diridhoi oleh Alloh SWT. Saking rahasianya, syetan sekalipun tidak mengetahui perasaan cinta diantara mereka. Syaidina Ali pernah dua kali tertohok ketika Abu Bakar As Shidiq dan Umar bin Khatab melamar Fatimah Az Zahra. Ketika itu Syaidina Ali belum siap untuk melamar Putri Rasulullah tersebut. Akan tetapi karena Alloh lah yang mengatur, jodoh tidak akan kemana, kedua lamaran para sahabat tersebut yang notabenenya sangat dekat dengan Rasulullah ditolak oleh Fatimah. Hingga akhirnya tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Syaidina Ali akhirnya bisa melamar Fatimah dengan mahar baju besi yang dimiliki. Sebagai buah dari kesabarannya, lamaran Syaidina Ali diterima oleh  Fatimah binti Muhammad SAW. Siapa menyangka, ternyata Fatimah juga telah lama menyimpan rasa cintanya kepada Ali. Perasaan tersebut belakangan diketahui setelah mereka resmi menjadi pasangan suami isteri. Suatu ketika Fatimah berkata, “Wahai suamiku maafkan aku karena selama hidupku ini aku telah mencintai seseorang jauh sebelum pernikahan kita ini berlangsung”. Ali seketika itu bertanya, “lantas kenapa kamu menerima lamaranku?” Fatimah berkata, “seseorang yang aku cintai itu adalah dirimu wahai suamiku”, subhanalloh. Rasa cinta itu datang dari Alloh, maka sudah sepantasnya kita memasrahkannya kepada Alloh. Seseorang yang kita cintai tiada lain adalah ciptaan Alloh ga usah pake pacaran, langsung aja minta kepada yang punya.

Keinginan untuk menikah adalah niatan yang suci, akan tetapi akan menjadi murka Alloh jika proses yang ditempuh tidak sesuai dengan aturannya. Memang benar pernikahan itu membuka pintu rezeki. Laki-laki diibaratkan kunci sedangkan perempuan adalah pintunya. Jika kunci sesuai dengan pasangannya maka akan terbukalah pintu rezeki. Akan tetapi lain halnya jika kunci tersebut dicoba kesana-kesini tidak pada yang halal. Bukan pintunya terbuka, yang ada kunci jadi grepek. Al hasil ketika kunci yang sebenarnya atau pintu yang sebenarnya bertemu, maka susahlah untuk terbuka. Artinya ketika pernikahan telah dilangsungkan sulit bagi pasangan tersebut untuk memperoleh rezeki, naudzubillahimindzaliq.

Menarik untuk menyitir pengalaman Ustad Yusuf Mansur (YM), yang pernah kedatangan tamu seorang pemuda untuk berkonsultasi. Belum lama pemuda ini bercerita tentang masalah yang dihadapinya, YM menyuruhnya untuk pulang lagi. Betapa tidak, pemuda ini dinilai tidak mensyukuri profesinya sebagai seorang sopir selama 7 tahun dengan gaji 2 juta lebih/bulan. Namun YM berbalik jadi penasaran setelah si pemuda ini nyeletuk, “saya ini lulusan UGM (Univeristas Gadjah Mada) ustad!”. “Ibu mana yang ridho melihat anaknya yang sekolah tinggi-tinggi di Universitas ternama, kalau pada akhirnya menjadi sopir”, ujar YM bercerita.

Seketika itu YM mendiagnosa ada apa sebetulnya dengan pemuda ini? Sopir selama 7 tahun itu bukan ujian, melainkan azab. Karena dimana-mana yang namanya ujian itu tidak lama katakanlah sekolah enam tahun di SD ujiannya sekali selama 7 hari sehingga naik ke SMP. Kalo diuji jadi sopir, lulusan UGM ini pasti cepet naik karirnya ga lama-lama nyampe 7 tahun. Maka dari itu seperti yang sering dibahas oleh YM, temukan dulu penyebabnya baru cari solusinya. Hal ini YM analogikan dengan lantai yang basah harus diperbaiki dulu atap gentengnya baru masalah bisa beres.

Nah kembali lagi ke pembahasan, untuk mendiagnosis penyebab datangnya azab pada pemuda ini, dengan yakin YM menyodorkan dosa besar nomor 4 yakni zinah, karena memang dosa besar itu yang nampaknya paling sering menjerumuskan anak muda. Si pemuda sontak berkata, “pantang buat saya untuk melakukan zina!”.  Mendengar jawaban dari si pemuda YM agak kaget, sehingga YM mengulang menanyakan dosa-dosa besar yang mungkin dilakukan dirunut dari nomor satu. Sirik? Dosa kepada orang tua? Dan lain-lain sampai dengan yang nomor sepuluh, pemuda tersebut menggelengkan kepala, artinya tidak satupun dari 10 dosa besar itu pernah dilakukan si pemuda. Disini YM mulai bingung karena tidak mungkin Alloh memberi azab kepada hambanya yang tidak berdosa.

Akhirnya YM kembali lagi bertanya ke dosa besar no 4, “ente suka mendekati zina?” dari sini pemuda tertunduk lesu dan mengakui kesalahannya. Pengakuan inilah yang penting untuk bertobat kepada Alloh. Berceritalah si pemuda bahwa semasa kuliah dulu, sering jalan-jalan sama yang bukan mukhrimnya, boncengan motor, malem mingguan, nonton bareng, dan seterusnya. Inilah yang disebut “grepek”. Profesinya yang sekarang jadi sopir tiada lain skenario Alloh. Belakangan diceritakan bahwa, semenjak jadi mahasiswa si pemuda ini udah kerja sambilan nyopir, setelah lulus kuliah bosnya minta ijazah si pemuda buat dimasukin ke kantor tempat bosnya bekerja, dengan alasan biar gajinya sebagai sopir jadi double, selain gaji dari bos tapi juga ditambah pesangon dari kantor. Disinilah skenario Alloh nampak jelas terlihat. Si pemuda tersebut tidak bisa berbuat banyak dengan ijazah yang diambil.

Dari cerita tersebut ada satu lagi yang perlu dicamkan, Pernikahan bukanlah penebus atas dosa-dosa yang telah dilakukan selama berpacaran. Sehingga jalan yang seharusnya ditempuh bagi yang belum berpasangan adalah bersabar dan senantiasa meningkatkan kualitas diri hingga waktu untuk menikah tiba. Bagaimana yang terlanjur pacaran? Udah putusin aja (daripada tambah grepek..he). Tapi kan bentar lagi mau nikah, gimana? Yo wes tobatin deh pake solat tobat dan banyak-banyak istighfar. Jika kita baik maka yang jadi jodoh kitapun baik (Lihat~> An-Nur: 26).

Tidak bisa dipungkiri, banyak diantara kita yang merasa asing dengan hal-hal yang islami. Kita bangun untuk sholat subuh di mesjid, sementara yang lain sedang asik terbuai dalam mimpi indah. Dan ketika kita sholat dzuhur dan ashar berjamaah di mesjid sementara yang lain sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ketika kita membayar zakat dan sedekah sementara yang lain melihatnya sebagai suatu hal yang sangat memberatkan. Ada yang mengenakan jilbab panjang malah dikata-katain kolot dan jadul padahal lebih jadulan lagi cara berpakaian zaman purba. Ada lagi yang bilang jilbaban panjang itu dirasain ribet, masa iyah sih...ribetan mana sama model jilbaban zaman sekarang?. Terus aneh juga nih, Kita tidak punya pacar malah dibilang menyia-nyiakan masa muda, kamu kuper, atau bahkan kamu tidak laku. Aduh..aduuh.. Saat kita menghindari minuman beralkohol dan narkoba, saat yang lain berkata cocok banget untuk fun. Ketika kita ingin menegakkan syariat islam, yang lain berkata kuno tidak sesuai dengan zaman sekarang, atau mereka mengatakan kita islam fundamentalis bahkan islam garis keras. 

Jangan takut menjadi orang asing di dunia, karena sudah sejak dulu Rasulullah SAW bersabda: “Islam dimulai dengan sesuatu yang asing dan akan kembali sebagai sesuatu yang asing seperti semula, maka berbahagialah orang-orang yang dianggap asing.” (Sahih Muslim).

Tulisan Sebelumnya: "Tips Agar Solatmu Lebih Khusyuk"
Tulisan Berikutnya: "Rindu Mati"
Sudah Tau Dunia ini Sementara! 4.5 5 Riki Ridwana Muslim mana yang tidak tau setelah hidupnya di dunia akan ada kehidupan yang hakiki? “no body!”. Tapi realitas jelas terlihat bahwa mas...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.