Hari-hari terakahir semenjak itu hanya sedikit berbeda. Relativitas melintasi gerbong waktu untuk sebuah penantian seolah tak ada guna. Orang-orang sudah paham bahwa nilai tinggi sosok manusia adalah seberapa besar dibutuhkan oleh sesamanya dan seberapa kehilangannya mereka ketika kita telah tiada. Kini aku merasakan betul semakin menjauh dari kebiasaan-kebiasaan dulu. Dari putaran-putaran bumi yang mengevolusi matahari seakan memberikan petunjuk, menjelaskan akan jatidiri yang tak bisa tumbuh jika hanya sendiri. Kebergunaan hamba ilahi tak lebih hanya pengabdian kepada sang khalik dan kepada mereka yang ada di sekitar kita. Untuk meruntuhkan stigma yang akhir-akhir ini terus membelenggu pikiran, aku mencoba berupaya agar segera keluar.
Sebuah catatan kecil ini bukanlah sebagai permulaan. Permulaan itu beraada pada titik terujung (pangkal) ketika awal terjadi, kalau diibaratkan gerakan tubuh (kecuali refleks) permulaan berada pada niat, yakni ketika menujukan atau memaksudkan untuk kemudian bergerak. Sedangkan realitas saat ini ada pada posisi bergerak itu sendiri (move). Oleh karenanya disertai dengan tanpa menafikan arti penting rencana, catatan kecil ini dimaksudkan sebagai stimulan dalam menapaki step by step berbagai pencitaan.
Seperti yang telah kita ketahui banyak sekali pencitaan dari setiap personal. Tak terlepas dari tahapan-tahapan yang dilaluinya, orang menghendaki tiba pada klimaks utama. Meski disadari pula ketika baru menginjak pada tahapan tertentu merasakan kenikmatan yang cukup luar biasa (klimaks), padahal cita-cita yang pokok (klimaks utama) belum tertunaikan. Hal tersebut berdasarkan pada kurun waktu yang mesti dilalui sebagai proses alamiah sebelum sampai pada klimaks utama.
Misal dalam pendidikan kita melalui tingkatan-tingkatannya satu demi satu, tentu saja cita pokok menginginkan berujung pada tingkatan atau jenjang tertinggi katakanlah guru besar (klimaks utama). Akan tetapi di tengah perjalanan ketika melewati tingkatan-tingkatan itu tak jarang memperoleh prestasi di kelas atau bahkan juara pada ekstrakurikuler tertentu, dimana hal demikian mampu memberikan ragam kenikmatan (klimaks), terlepas dari belum tertunaikannya pencitaan menjadi seorang guru besar tadi (klimaks utama).
Itu baru salah satu contoh pada aspek pendidikan saja, belum lagi pencitaan pada aspek lain diluar pendidikan seperti dunia kerja (karir), pergaulan dalam masyarakat, menata masa depan keluarga yang berbahagia dan lain sebagainya. Dimana dalam masing-masing aspek tersebut akan bermunculan kompleksitas yang berbeda-beda seperti yang dicontohkan pada aspek pendidikan di atas. Konsekuensinya dapat dibayangkan betapa banyak sekali macam pola gerak yang hendak dilakukan.
Pertanyaanya sekarang adalah sudah sampai dimana posisi ku sekarang dalam mencapai cita? Maka dengan sendirinya pertanyaan tersebut sudah dapat terjawab. Dimana pun posisi ku saat ini yang terpenting adalah upaya konsisten pada cita-cita pokok (klimaks utama) dan tentunya disertai pula dengan menciptakan klimaks-klimaks pada setiap langkah sebelum tiba waktunya nanti pada klimaks utama (hakiki). Doakan!
Tulisan Sebelumnya: "Bandung Diancam Gempa Dahsyat Patahan Lembang"
Tulisan Berikutnya: "Universalitas Nilai-nilai Ramadhan"
Tulisan Berikutnya: "Universalitas Nilai-nilai Ramadhan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar