Universalitas Nilai-nilai Ramadhan

 


ilustrasi: nikmat berbuka puasa

Satu di antara dua belas bulan yang berjuta umat muslim menggantungkan ekspektasi di dalamnya. Penuh pengharapan dan menantikan kedatangannya dengan lantunan doa, semoga setelah bulan Rajab & Sya’ban dipertemukan kembali dengan sebuah bulan yang tiada lain adalah Ramadhan. Maka hanya mereka yang beruntung ketika keinginan untuk dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan dapat terkabul. Karena tidak sedikit umat muslim merasakan Ramadhan tahun sebelumnya menjadi Ramadhan terakhir dan tidak dialaminya lagi karena tutup usia.

Tidak akan demikian kondisinya, jika Ramadhan tidak memiliki esensi yang subtansial sehingga kedatanganya sangat dinanti-nantikan. Berbeda dengan 11 bulan lainnya, Ramadhan terkenal dengan bulan sarat pahala. Segala amal ibadah dilipatgandakan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Setiap amal anak Adam diberi ganjaran 700 kali lipat (di bulan Ramadhan), kecuali shaum. Sesungguhnya shaum untuk-Ku dan Akulah yang memberi ganjarannya" (H.R. Mutta'alaihi). Bulan Ramdhan penuh dengan bulan keampunan, hal ini sejalan dengan hadis Nabi yang disampaikan oleh Abu Abdillah bin al-Hafiz dan Muhammad bin Musa yang artinya: "Barangsiapa yang bershaum dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang beribadah di malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (H.R. Muttafa'alaihi). Demikianlah keagungan Allah memberikan sugesti dan motivasi kepada hambanya sehingga bulan Ramadhan selalu dinantikan kedatangannya.

Letak esensial yang sebenarnya dari bulan Ramadhan adalah nilai-nilai tarbiah yang terkandung di dalamnya. Setidaknya nilai-nilai tersebut akan menjadi bekal untuk menjalani 11 bulan berikutnya. Nilai-nilai ini tidak hanya dapat dirasakan oleh umat muslim melainkan berimplikasi pula terhadap umat manusia secara universal dalam menjalani hidup yang berkemanusiaan.

Mencermati dengan seksama firman Allah SWT surah al-Baqarah ayat 183, jelas kiranya bahwa nilai dari tujuan melaksanakan shaum Ramadhan  di antaranya adalah untuk mencapai sebuah gelar yang paling mulai dihadapan Allah yakni gelar taqwa. Gelar tersebut dipersembahkan bagi umat yang beriman dan melaksanakan shaum Ramadhan. Tidak semua manusia diwajibkan melaksanakan shaum Ramadhan melainkan hanya diwajibkan bagi orang yang beriman, meskipun mengaku muslim tapi tidak secuil pun memiliki keimanan, maka tidak termasuk kategori orang yang dipanggil untuk wajib melaksanakan shaum Ramadhan.

Nilai lainnya adalah memupuk rasa kasih sayang tidak hanya sesama muslim melainkan sesama umat manusia. Dengan merasakan lapar melalui shaum, hati kita akan tersentuh betapa sengsaranya kaum fakir miskin yang senantiasa merasa kelaparan dan serba kekurangan dalam segala hal. Para kaum dhu'afa senantiasa menanti uluran tangan kaum dermawan agar menyisihkan sebahagian hartanya untuk didermakan. Orang yang beriman dan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan penuh keimanan, pasti akan tersentuh hatinya untuk menolong kaum fakir miskin yang selalu hidup dalam keadaan serba ketiadaan.

Kemudian, nilai berikutnya yang terdapat dalam Ramadhan itu yakni, membina dan menata diri kaum mukmin agar senantiasa hidup dengan teratur, utamanya dalam mengkonsumsi makanan. Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan cara yang tidak teratur akan mengakibatkan kesehatannya kurang baik, karena perut manusia butuh waktu untuk mengolah makanan yang telah dikonsumsi. Maka dengan mengatur pola makan yang baik dan teratur akan menjadikannya seorang manusia yang sehat, hal ini sejalan dengan hadis Nabi SAW. dari Abu Hurairah yang artinya: "Berpauasalah kamu agar kamu sehat."

Nilai yang tidak kalah pentingnya adalah, shaum Ramadhan akan menata atau memanajemen hati seorang yang melaksanakan shaum agar lebih suci dan bersih, sehingga terhindar dari sifat-sifat yang jelek atau tercela, seperti sifat dengki, iri hati, riya atau suka dipuji dan dilihat orang lain, dan lain sebagainya yang tergolong pada hal-hal yang mengotori hati manusia. Jika sifat yang disebutkan di atas, tumbuh subur di hati seseorang maka nilai ibadah shaumnya dalam pandangan Allah sangat buruk dan tidak akan mendapatkan ganjaran selain lapar dan haus.

Bulan Ramadhan sebagai bulan yang awalnya rahmah, pertengahannya merupakan magfirah dan akhir bulan Ramadhan merupakan momen terlepas dari api neraka, maka secara tidak langsung akan memberikan motivasi yang sangat berarti bagi umat Islam untuk lebih giat dalam beribadah untuk mencapai ridha Allah SWT. Selanjutnya Allah telah memberikan malam yang sangat mulia di sepuluh akhir Ramadhan, malam itu dikenal dengan malam kemuliaan atau "Lailatul Qadr" (malam yang lebih baik dari seribu bulan). Secara tidak langsung malam kemuliaan atau Lailat al-Qadr itu termasuk dari nilai yang terkandung dalam bulan Ramadhan itu sendiri.

Demikian diantaranya nilai-nilai yang dimiliki oleh bulan yang sangat dinantikan kedatangannya. Tidak hanya bagi umat muslim yang akan memperoleh gelar taqwa tatkala melampauinya dengan penuh iman dan ikhlas namun berimplikasi universal bagi umat manusia atas keberhasilan umat muslim sebagai umat pembawa perubahan yang rahmatan lil alamin karena pendidikan nilai-nilai ramdhan itu sendiri.

Marhaban yaa ramadhan…
Senang hati berjumpa kembali denganmu
Tak akan ada sedikitpun kesia-siaan
Melainkan mengisinya dengan ibadah.,*

Tulisan Sebelumnya: "Catatan Kecil"
Tulisan Berikutnya: "Ringkas Riwayat"
Universalitas Nilai-nilai Ramadhan 4.5 5 Riki Ridwana ilustrasi: nikmat berbuka puasa Satu di antara dua belas bulan yang berjuta umat muslim menggantungkan ekspektasi di dalamnya. Penuh pengh...


4 komentar:

  1. Like this...

    Btw Mohon maaf lahir n batin ya ki...

    BalasHapus
  2. Selamat menunaikan ibadah shaum ya Brother...

    BalasHapus
  3. sang anaphalis javanica: haturnhun...
    sama2 smoga buLan ramadhan ini kita snantiasa diberi kshatan dan kekhusuan ibadah..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.