Evaluasi Solat Kita

 


         Solat yang sudah benar mampu diterapkan di kehidupan sehari-hari dalam mencegah yang fahsya dan mungkar. Mari kita sama-sama mengevaluasi kualitas solat kita masing-masing dengan melihat 4 ciri di bawah ini.

1.     Dibersihkan dari maksiat
Ciri yang pertama untuk mengukur kualitas solat kita adalah dibersihkannya diri ini dari berbagai perbuatan maksiat dan dosa. Rasullulloh saw pernah bertanya kepada seorang sahabat yang dibelakang rumahnya terdapat sungai yang airnya mengalir deras dan bening bersih. “Apakah jika ada orang yang seharinya mandi 5 kali di sungai itu badannya akan bersih?”. Kemudian sahabat tersebut menjawab,  “tentu ya Rasullulloh”. “Seperti itulah halnya orang yang menjalankan solat wajib 5 waktu, dirinya akan bersih dari perbuatan dosa”, sabda Rasullulloh. Tidak hanya itu dalam syarat sah solat kita juga diajarkan untuk bersuci, wajib bersih dari hadas dan najis.

2.    Pandangannya sama dengan Alloh
Jika solatnya sudah benar maka kita akan mampu memandang yang baik menurut Alloh baik juga menurut kita, buruk menurut Alloh maka buruk pula menurut pandangan kita. Hal ini justru tidak jarang malah berlaku sebaliknya. Seperti halnya memandang aurat masih banyak yang menganggap aurat adalah keindahan, tidak sedikit orang yang menunjukkan aurat atau bahkan mencari-cari aurat. Padahal menurut pandangan Alloh aurat adalah sesuatu yang buruk, melihat aurat bukanlah mendapat keindahan melainkan bencana, sehingga aurat harus ditutupi. Mari kita buktikan bahwa aurat adalah sesuatu yang buruk. Laki-laki dan perempuan mempunyai batas aurat yang berbeda. Ketika melaksaksanakan solat maka aurat wajib ditutupi.

3.     Menghadap ke akhirat
Solat mengajarkan pada kita bahwa arah solat itu ke arah kiblat. Begitu juga hidup ini tiada lain diarahkan untuk menuju akhirat. Mencari uang yang banyak tidak hanya untuk hidup tapi juga agar kita bisa bersedakah, bisa naik haji, mampu menghajikan kedua orang tua dan seterusnya. Begitu juga kuliah, sekolah, menuntut ilmu ditekadkan untuk kemajuan islam.

4.    Sadar sebelum waktunya
Sadar tepat pada waktunya itu sudah terlambat. Sadar yang seharusnya adalah sadar sebelum waktunya datang. Orang yang sadar waktu solat tepat ketika adzan berkumandang, kemudian bersiap-siap mengambil air wudlu, ganti baju, dan pergi ke mesjid, besar kemungkinan sesampainya di mesjid iqomah berkumandang. Artinya orang tersebut tidak sempat melaksanakan solat tahiyatul mesjid, solat qobliyah, dan berdoa menunggu iqomah. Lain halnya dengan orang yang paling tidak 15 menit sebelum waktu solat datang sudah sadar. Orang tersebut sudah siap bahkan ketika adzan berkumandang dirinya sudah ada di dalam mesjid. Coba bayangkan ketika kita sadar tepat ketika hari ini akan ujian akhir semester. Kita sadar tepat pada waktu uas akan berlangsung, ketika kita sudah ada di dalam kelas. Sudah pasti kita akan kewalahan menjawab soal, lain halnya ketika kita sadar satu hari sebelum pelaksanaan uas, tentu akan jauh lebih siap. Dari sini kita bisa memahami bahwa kesadaran yang datang tepat pada waktunya adalah terlambat. Begitu juga tatkala sadar tepat saat ajal menjemput, semuanya akan sia-sia. Banyak kejadian semasa hidupnya fasih mengucapkan kalimah toyibah, namun ketika ajal menjemput betapa sulit sekali mengucapkan meski dituntun, yang terucap hanya kata “haus, ingin minum”. Jadi dari saat inilah kita harus sadar jangan menunggu besok, lusa, sebelum terlambat.

Diri kita masing-masinglah yang mengetahui sejauh mana kualitas solat kita. Jika ke empat ciri di atas masih jauh dari kenyataan, sudah barang tentu mesti dicari terletak dimana kesalahan atau kekurangan solat kita. Semoga solat kita semakin baik.

Sumber:
Ustadz Satori Abdur Rauf. (12.00 WIB, Jumat 8 Juni 2012). “Evaluasi Solat”. Mesjid Pogung Dalangan: Yogyakarta.

Evaluasi Solat Kita 4.5 5 Riki Ridwana          Solat yang sudah benar mampu diterapkan di kehidupan sehari-hari dalam mencegah yang fahsya dan mungkar. Mari kita sama-sama men...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.