Begitu cepat hari-hari
terlewati, disini tempat yang relatif masih baru akhir minggunya tak ayal lekas
datang lagi dan lagi. Satu caturwulan banyak habis pada rute PUSPIC mendengarkan
ceramah dosen, mempraktekan teori-teori pada beberapa aplikasi dalam laptop,
atau tak jarang hanya duduk-duduk mengobrol dengan teman untuk menunggu
kedatangan Bapa/Ibu dosen yang setelah sekian lama ditunggu barulah datang
sebatas kabar bahwa kuliah kosong karena yang bersangkutan sibuk. Selebihnya
rute dihabiskan di kosan atau tempat-tempat lainnya yang sangat jarang.
Betapa kecewanya kami
yang antusias untuk mengikuti kuliah tatkala jadwal tak berjalan sebagai mana
mestinya. Satu titik lemah yang sangat vital ini ternyata sudah terbiasa berlaku
dari tahun-ketahun. Nampaknya hal ini dibiarkan tanpa ada upaya perbaikan.
Senior-senior lebih sering untuk menyaranakan bersabar, “jalani saja dengan
santai”. Sebetulnya bisa saja dibawa santai, akan tetapi tuntutan di masa depan
belum tentu bisa juga di ajak santai. Tanggung jawab itu lah yang menjadi
alasan menghendaki berjalannya perkuliahan sesuai jadwal dan kurikulum yang
dinilai sudah baik.
Kamar mungil berukuran
2,5 x 3 meter adalah tempat rehabilitasi. Diri ini masuk kedalamnya dengan
segala perolehan diluar untuk kemudian diolah, diinstrospeksi, dan apapun
dibuat menjadi berarti. Kesederhanaan memang sudah direncanakan dari awal
sebagai bagian dari proses pendidikan. Di sisi lain tidak ingin juga terlalu
memberatkan beban orang tua yang sudah bersedia bersusah payah untuk terus
menyekolahkan. Pogung Dalangan No.14 ini berisikan lebih dari 20 kamar kosan. Pemiliknya
seorang perantau baik hati asal Bali. Meski kami telat bayar bulanan Pak Made biasa kami memanggilnya, tak
pernah berkomentar, ujung-ujungnya malah jadi kami yang malu sendiri. Kami
disini sudah seperti satu keluarga saja satu dengan yang lain saling perhatian. Hal ini lah yang membuat betah
mengobati rasa rindu kepada orang tua dirumah.
Orang tua dan seseorang
yang jauh disana bagiku adalah penyemangat agar senantiasa berbuat yang bisa menyenangkan
mereka. Tak terkira bahagianya ketika beberapa waktu kebelakang mereka mengucap
terima kasih setelah ku paketkan buah tangan asal Pulau Dewata. Separuh honor pasca
menjadi trainer di Dinas Pendidikan Propinsi Bali aku transfer ke rekening Ibu, sedangkan
separuhnya lagi digunakan untuk menutupi kebutuhan bulanan disini. Mungkin ini
yang dinamakan kemandirian dengan sedikit demi sedikit mengurangi beban ekonomi
ibu dan bapa. Semua itu semata untuk membahagiakan mereka yang selalu tulus
menyayangi hingga kini.
Tulisan Sebelumnya: "Bali Seksi"
Tulisan Berikutnya: "Trans Studio Bandung"
Tulisan Sebelumnya: "Bali Seksi"
Tulisan Berikutnya: "Trans Studio Bandung"
tetap semangat jangan lupa makan (:
BalasHapussiap jang imam,,haturtengkyu...
BalasHapus