Vespa: Not for Sale!!! |
Lantang sekali suara corong hitam, asap berkepulan bak poging aedes aegypti si nyamuk demam berdarah.
Nyaring bising suaramu mengganggu mereka yang tak merasa biasa, lain dengan
kita si fanatic scooter namun tak dekil melainkan rajin mandi dan juga rapih
wangi. Kulit tebal yang biru tak pernah pudar. Satu kali jatuh membentur pagar,
satu kali terdesak menggesek delman, sekali tertubruk Honda civic dari belakang
dan paling tragis hampir terperosok jurang sepulang dari Curug Tujuh Panjalu,
untung saja parit melintang menyelematkan kita. Apapun yang terjadi warnamu
tetap kuat biru.
Saat itu bermula dari masa putih abu-abu (+/-tahun2005), vespa menjadi
kendaraan pribadi yang beda dari teman-teman kebanyakan. Tampilan pertama masih
ori persis ketika dikeluarkan tahun 1981
sedikitpun tidak ada perubahan, wajar saja yang punya bukan anak muda penggemar
modifikasi. Kalau diingat lagi tampilan sekarang ada bedanya dengan waktu itu.
Batok setang dirubah jadi lancip menghilangkan speedometer yang sudah tak
berfungsi, ditambahkan lampu halogen yang menurut “mechanic langganan” mampu menembus kabut, begitu juga dengan lampu
send dan lampu belakang diganti setelan vespa excel (keluaran yang lebih muda) berwarna putih, jok kini jadi single membuat pengendera semakin dekat dengan si
dia (baca: boncengannya), kemudian sengaja ditambahkan step biar nampak lebih
sporty meskipun kurang berdaya guna namun enak juga memasangkan kedua kaki di
atasnya, dan masih banyak lagi perubahan-perubahan kecil lain. Untuk engine
Sengaja dibiarkan asli dengan pertimbangan daya tahan, sehingga terbukti sampai
sekarang masih bandel dan nyaman untuk diajak jalan-jalan sore.
Dapat dibayangkan selepas lulus SMA ditinggal hampir empat tahun ke
Bandung, dengan intensitas penggunaan sesekali dalam berbulan, yaitu ketika
punya waktu ke Tasik saja. Begitu juga sekarang ditinggal lagi ke Yogyakarta,
kalaulah dia manusia pasti kesepian. Kehadirannya seperti tak berguna tak ada
yang mau menggunakan meski sekedar membuat mesinnya panas. Saat-saat seperti
ini lah di liburan semeseter ganjil waktu yang tepat untuk membangkitkan
kembali kondisi motor kesayangan.
Bagi minoritas penyuka vespa, ada keunikan dan kepuasan dari vespa yang
tidak diperoleh dari menunggangi motor-motor yang lain. Mendengarkan suaranya
khas, merasakan getaran-getaran kecil dari setang tatkala gas dipacu kencang,
atau menikamati posisi duduk ketika melaju santai dengan tiupan angin kecil. Berdasarkan
pengalaman, mengendarai vespa membuat pikiran rileks. Efek sugesti psikologis
ini tak jarang dimanfaatkan untuk refreshing, dan dirasakan ampuh untuk melepas
penat dalam keseharian.
Banyak cerita yang
tertata sebagai kenangan, tak akan dibuka disini melainkan hanya untuk konsumsi
orang-orang terdekat dan membiarkan aku dan mereka si subjek peristiwa terkesan oleh kebersamaannya dengan
si motor itali ini.
Tulisan Sebelumnya: "Trans Studio Bandung"
Tulisan Berikutnya: "Bicarakan kepada Dia"
Tulisan Sebelumnya: "Trans Studio Bandung"
Tulisan Berikutnya: "Bicarakan kepada Dia"
Cara nahan vespa pas pgn isi bensin gmna
BalasHapusCara nahan vespa pas pgn isi bensin di pom gmna
BalasHapusMaksudnya apaan sih
BalasHapusMaksudnya apaan sih
BalasHapus