Selepas sholat isya barusan, tidak biasanya saya
menyempatkan ngobrol dengan teman di depan madrasah. Tak lama kami berbincang,
Pak Haji menghampiri kami. Nah dari sini nih saya memetik banyak hikmah, dari cerita
beliau semasa mudanya dulu. Banyak yang Pak Haji ceritakan, tapi saya hanya
akan menyarikan singkat saja semoga menginspirasi siapapun yang membaca.
Pak haji biasa kami memanggil beliau, adalah pensiunan AURI
26 tahun silam. Bisa dikira-kira berapa umur Pak Haji sekarang. Semasa bertugas
beliau pernah menempati posisi strategis, sampai beberapa kali kesempatan Pak
Haji pernah disodori amplop tebal, ketika disobek amplop tersebut ternyata
isinya uang semua. “Saya kira ini orang mau ngasih saja, ternyata ada niatan
untuk memuluskan maksud ilegalnya. Kalau tidak ingat bahwa saya akan pulang
(untuk mempertanggungjawabkan) sudah barang tertentu uang tersebut sudah saya
ambil”, begitu Pak Haji bercerita.
Di kesempatan berbeda, Pak Haji mendatangi rumah mewah
samping barat Alun-alun Tasikmalaya. Beliau saat itu ditugaskan untuk memperingatkan
orang “Cainis” yang menempati rumah tersebut. Peringatan harus dilayangkan
karena bangunan berdiri di atas lahan milik AURI. Singkat cerita peringatannya bukan diindahkan,
tapi “Cainis” itu berujar “TST saja Pak!” (Tahu Sama Tahu). Pa haji ditawari oleh “Cainis” lahan seluas tertentu
di suatu lokasi. Tapi kembali lagi, rasa takutlah yang menguatkan beliau untuk
menolak. “Kalau tidak ingat bahwa saya akan pulang (untuk
mempertanggungjawabkan) sudah barang tertentu saya akan terima tawaran orang
Cainis itu”, cerita Pak Haji sambil beliau mengelus-elus dada.
Saya jadi teringat Akil Muchtar, kalau saja... kalau saja...
kalau saja... yaaaah sudahlah...
Tulisan ini akan saya tutup dengan cerita Pak Haji dimana
bukti konkritnya bisa saya lihat sekarang. Yak, kini ada pesantren yang berdiri cukup
besar dekat rumah saya. Dikatakan cukup besar, Infrastrukturnya kini semakin
memadai, santri dan santriahnya dari dulu tak pernah sepi mengaji. Majelis ilmu "Pondok Pesantren Nurul A'laa" terus hidup sampai kini qadarulloh tak lepas dari sang pionir yakni Pak Haji itu
sendiri. Berikut cerita ringkasnya...
Baca juga,
Tulisan Sebelumnya: "Masih Sesuaikah Langkah Kita Hari Ini?"
Tulisan Selanjutnya: "Minggu Tak Sekedar Refreshing"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar