Koreksi Atmosferik (bagian 1)

 

Danoedoro (2012) menyatakan bahwa koreksi efek atmosfer telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Salah satunya model 5S (Simulation of the Sensor Signal in the Solar Spectrum) yang dikembangkan oleh Tanre, et al.(1986, 1990) dan kemudian Vermote, et al (1997) memperbaikinya menjadi model 6S (Second Simulation of the Sensor Signal in the Solar Spectrum), Model-model ini mampu memformulasikan permukaan non-Lambertian untuk memodelkan sinyal yang diukur oleh Sensor. Model  6S juga melibatkan data untuk perhitungan asbsorbsi atmosfer menggunakan nilai yang meningkat untuk gas-gas di atmosfer, Tso dan Mather (2009).

Koreksi Atmosferik
Partikel-partikel di atmosfer ini meningkatkan nilai spektral karena partikel atmosfer memiliki pantulan lebih tinggi, sehingga keberadaan partikel ini dapat menimbulkan bias. Adapun koreksi atmosferik yang sering digunakan adalah Dark Object Substraction (DOS). DOS merupakan koreksi absolut dimana nilai reflektan pada satelit dikonversi menjadi nilai surface reflectance dengan asumsi bahwa terdapat objek yang mempunyai nilai pantulan mendekati nol persen (misalnya bayangan, air jernih dalam, dan hutan lebat), meskipun demikian sinyal yang terekam pada sensor dari objek tersebut merupakan hasil dari hamburan atmosfer yang harus dihilangkan, Chavez Jr (1996) dalam Nurlina (2008).

Baca juga,
postingan sebelumnya: "Koreksi Radiometrik (bagian 2)"
postingan selanjutnya: "Koreksi Atmosferik (bagian 2)"
Koreksi Atmosferik (bagian 1) 4.5 5 Riki Ridwana Danoedoro (2012) menyatakan bahwa koreksi efek atmosfer telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Salah satunya model 5S (Simulation of t...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.