Dimana Pahlawan Hari Ini???

 

Oleh: Riki Ridwana*

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihkuTuk pengabdianmu
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Pencipta Lirik dan Lagu : Sartono

Ketika mendengar kata pahlawan sepintas konsepsi yang muncul dalam pikiran adalah seorang yang gagah, pemberani, berjiwa kesatria, rela berjuang dan berkorban untuk kepentingan di luar dirinya. Pemahaman akan pahlawan yang diidentikkan oleh sifat-sifat tersebut memang tidak dapat dipersalahkan. Toh orang-orang yang ditetapkan menerima gelar pahlawan nasional Indonesia diantaranya adalah mereka yang berjasa dengan gagah berani, rela berkorban merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indoesia. Dengan kata lain, terlepas dari tanpa atau adanya gelar pahlawan yang disematkan, seseorang yang sadar berjuang untuk membela kebenaran dan memberi tanpa pamrih adalah pahlawan.

Sampai sekarang tercatat lebih dari 100 pahlawan yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tahun 2002, Pong Tiku masuk jajaran tokoh terhormat ini. Ia adalah pejuang dari Tanah Toraja yang berperang melawan Belanda tahun 1905-1907. Salah seorang tokoh etnis Tionghoa yang berjasa kepada Republik ini adalah Mayor John Lie. Ia adalah mualim kapal pelayaran niaga milik Belanda KPM yang lalu bergabung dengan Angkatan Laut RI. Semula ia berugas di Cilacap dengan pangkat kelasi kelas tiga. Di pelabuahn ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu. Ia layak diusulkan sebagai pahlawan nasional.

Dari perspektif hak asasi manusia (HAM), Gus Dur boleh dikatakan pahlawan. Gus dur membuka paradigma baru dengan menerobos tembok-tembok pemikiran lama. Ia ingin setiap orang diperlakukan setara dalam hukum, tanpa membeda-bedakan warna kulit, etnis, agama/ideologinya. Gus Dur menghargai mereka sebagai sesama manusia dan warga negara. Ia membubarkan Bakorstranas-lembaga ekstra yudisial penerus Kopkamtib yang memiliki kewenangan luas untuk menindas. Ia juga menghapuskan penelitian khusus (litus) yang selama ini digunakan untuk “menakuti” pegawai negeri agar tidak bersikap kritis. Gus Dur membuka cakrawala masyarakat agar lebih toleran terhadap ajaran atau paham politik manapun. Ini ditunjukkan dengan usulan mencabut Tap MPRS No XXV/1966 soal pembubaran Partai Komunis Indonesia dan pelarangan penyebaran ajaran marxisme, komunisme, dan leninisme. Selain itu Gus Dur menghilangkan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dengan Inpres No 6/2000 tanggal 17 Januari 2000, mencabut Inpres 14/1967 tentang agama, kepercayaan dan adat istiadat China. Mantan presiden yang duduk di kursi roda ini adalah pahlawan HAM.

Kalau lah berambisi, banyak posisi dan proporsi untuk jadi pahlawan di negeri ini. Tapi hingga saat ini kesempatan itu jarang yang memanfaatkan. Padahal sedikitnya Gus Dur, Pong Tiku, dan Mayor Jhon Lie telah memberikan contoh di bidangnya masing-masing. Apalagi melihat keadaan negara Indonesia sekarang ini yang kian tak menentu. Butuh banyak kuantitas sumber daya manusia yang memiliki keberanian dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk memperbaikinya. Ketika fakta kini telah berucap, Sangat ironis memang, alih-alih mencontoh dan memberikan contoh kepahlawan, para petinggi negeri ini malah menyuguhkan tontonan kepada masayarkat bak sinetron yang tak kunjung usai. Entah siapa yang pertama kali memberi judul Cicak vs Buaya, pengkultusan tersebut dirasa semakin memperkeruh suasana. Meskipun analogi itu banyak yang menilai tepat, tapi Polri bukan lah buaya begitu pula KPK tidak selamah tak berdaya cicak yang dihadapkan dengan predator yang di maknai konotatif negatif oleh masyarakat kita. PR berat bagi pemimpin negeri ini dalam menjalankan periode awal-awal pemerintahannya. Sebelum people power kembali terulang, episode fenomena ini harus segera di akhiri dengan cerdik oleh pa SBY. Dengan begitu akan cepat pula menyumpal mulut lebar terbahak para koruptor di luaran sana yang mungkin kini menikmati dengan suka cita pergejolakan penegak keadilan. Meski tak ada gading yang tak retak, manusia pun tak ada yang sempurna namun harapan besar masyarakat kita utuh berada dipundaknya.

Di sisi lain tidak berlebihan ketika Sartono dalam lirik lagu yang diciptakannya menyatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa karena memang ada upaya keras bahkan pencerdasan masal yang merupakan landasan membangun pondasi kokoh agar tidak ada lagi kebododhan, kemiskinan, mafia peradilan sehingga para pahlawan tidak menangis lagi karena merasa perjuangannya dicederai oleh anak bangsa generasi penerusnya sendiri. Dari sejak saat ini harus betul-betul ditanamkan bahwa guru adalah proses kita saat ini dan kebenaran kita di masa yang akan datang. Sanjungan yang begitu merdu dan menyentuh sanubari siapa saja yang mendengarkan bukan berarti menina bobokan tanpa pembuktian. Jika saja tidak mampu menorehkan secuil saja prestasi ketika mahasiswa kini, apalah jadinya nanti yang mungkin bisanaya hanya mendompleng citra baik guru yang terbentuk baik sedari dulu. Terlepas dari bahasan akronim digugu dan ditiru, tidak menutup kemungkinan pada entitas profesi yang lain, kontribusi untuk menumbuhkan perekonomian rakyat, memberantas tindak korupsi dan mafia peradilan, menjaga stabilitas keamanan dari teror dan lain-lain tidak dapat diselesaikan hanya dengan modal keahlian khusus tapi membutuhkan sifat kepahlawanan.

Menantikan kehadiran pahlawan tidak cukup hanya dengan berharap dan menunggu. Duduk melakukan refleksi pada hari pahlawan saja, melihat kenyataan tanpa ada kontemplasi untuk perubahan besar tetap saja buntu. Sebelum kondisi sampai pada titik nadir, Berhentilah mencari-cari karena pahlawan itu adalah diri kita sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi. Lakukan sesuai dengan kemampuan terbaik yang dimiliki, maka gugur satu tumbuh seribu.

*Ketua BEM Jurusan Pendidikan Geografi
*Sekretaris Umum Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa UPI
*Sekretaris Umum Yayasan Cendikia Bumi Siliwangi
*Bidang Eksternal Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat PIPS
Dimana Pahlawan Hari Ini??? 4.5 5 Riki Ridwana Oleh: Riki Ridwana * Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hat...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.