Seleksi Wawancara Beasiswa Tesis LPDP

Alhamdulillah atas kesempatan memperoleh undangan resmi untuk menghadiri tahapan seleksi terakhir yakni wawancara beasiswa tesis LPDP. Entah apapun hasilnya nanti, ini merupakan sebuah pengalaman berharga dalam hidup, bisa lolos dari sekian banyak pendaftar dan diwawancarai oleh 3 orang pakar (2 orang reviewer Profesor/Doktor dan 1 orang Psikolog). Dengan itu saya juga bisa mendapat teman-teman baru.

LPDP mengundang kami yang memilih tempat seleksi di Yogyakrta, menyediakan waktu selama dua hari yaitu tanggal 20 – 21 Januari 2014 dari Pukul 08.00 – 18.00, bertempat di Gedung Sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Pada hari pertama acaranya terdiri dari pembukaan, informasi nomor urut dan kelompok peserta wawancara, kemudian pemberkasan sambil setelahnya dilaksanakan wawancara. Peserta wawancara bercampur baur antara calon penerima beasiswa tesis dan desertasi dalam negeri, magister dan doktor dalam dan luar negeri. Kami semuanya dibagi ke dalam tiga kelompok. Setiap anggota kelompok yang bernomor urut sekitar 1 -15 diwawancarai pada hari pertama, selebihnya diwawancarai pada hari kedua. Namun baik yang mendapat giliran hari pertama ataupun kedua, semuanya menunggu panggilan untuk pemberkasan baru setelah itu diwawancarai atau pulang meninggalkan tempat seleksi bagi yang mendapat jadwal hari kedua.

Pemberkasan merupakan ceklis kelengkapan yang sebelumnya sudah diupload melalui web LPDP. Kelengkapan tersebut terdiri dari:
1. Formulir pendaftaran
2. Transkrip nilai (asli)
3. Proposal penelitian
4. Rencana anggaran biaya
5. Surat keterangan telah menempuh ujian usulan penelitian (asli)
6. Surat keterangan tidak menerima beasiswa darimanapun yang formatnya ada di web LPDP (ditandatangani & bermaterai)
7. Essay.

Setelah pemberkasan selesai, selanjutnya menunggu panggilan untuk wawancara. Di sinilah ketegangan mulai muncul, maklum namanya juga pengalaman pertama. Apalagi sebelumnya baca-baca di internet pengalaman peserta yang sudah lebih dulu ikut wawancara. Mereka ada yang sampai nangis-nangis, ada yang merasa terus-menerus dipojokkan dengan pertanyaan-pertanyaan, dan ada juga yang ketawa-ketiwi. Namun alhamdulillah bagi saya sendiri wawancara berjalan lancar dan berkesan.

Pertama kali masuk ruangan wawancara, saya menyampaikan salam kepada para reviewer. Setelah dipersilakan duduk, bapa reviewer membuka pembicaraan dengan cukup ramah, beliau menanyakan asal daerah saya. Dari situ ketegangan selama menunggu giliran wawancara hilang seketika. Setelah sedikit menggali latar belakang keluarga, selanjutnya giliran kedua Ibu reviewer menanyai saya seputar isi proposal yang saya ajukan. Mulai dari apa manfaat penelitian untuk masyarakat, obesesi saya dari penelitian ini, metode yang digunakan, dan cukup lama ditanyai anggaran yang saya ajukan. Soal anggaran, intinya mereka menyatakan hanya akan mendanai tahapan penelitian yang belum saya lakukan, jadi tahapan penelitian yang sudah saya lewati akan dicoret dari anggaran biaya alias tidak akan didanai.

Setelah itu dibahaslah essay yang saya buat, Ibu reviewer sepertinya tertarik dengan judul essay yang saya buat karena sangat jauh berbeda dari penelitian dan konsentrasi keilmuan saya. Saya mengambil judul penelitian “Analisis Campuran Spektral secara Linier untuk Kajian Perubahan Penutup Lahan di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra Landsat Multitemporal”. Sedangkan essay yang saya buat bertema “Peranan Penerima Beasiswa dalam Upayanya Menyelesaikan Permasalahan Masyarakat dan Bangsa” dengan judul “Menata Diri Menyelamatkan Generasi Muda” (dari pergaulan bebas). Setelah ditanya upaya-upaya saya di masyarakat, akhirnya Ibu reviewer menyatakan saya harus bisa konsentrasi di kedua hal yakni antara keilmuan dan juga penanggulangan masalah moral.

Selama proses wawancara berlangsung saya berusaha tenang dan merespon pertanyaan dengan tepat, tidak melebar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain ada pakar psikolog yang terus mengamati, itu juga modal bagi saya agar bisa lepas tanpa terbebani. Hampir 45 menit waktu tidak terasa berlalu. Wawancara ditutup oleh dialog singkat berbahasa Inggris, disitu Bapa reviewer menekankan kepada saya pentingnya menguasai bahasa inggris. Akhirnya, saya keluar ruangan dengan perasaan lega.

Baca juga,
postingan sebelumnya: Mumpung Masih Muda
postingan berikutnya: Kepada Para Mahasiswa