Sekelumit Gunungapi

 

Oleh:

Riki Ridwana



Bentukan menonjol pada permukaan bumi yang menjulang tinggi memberikan ketakjuban kepada siapa saja orang yang memandang. Gunungapi bagai menunjukan kepada sekitar makna akan kekokohan dan kebesaran. Orang-orang tempo dulu sebagian percaya bahwa di atas gunung-gunung bertengger para dewa penguasa gunung tersebut. Apabila gunung meletus, mereka beranggapan dewa sedang murka. Oleh karena itu mereka berbondong-bondong melakukan penyembahan dan memberikan berbagai sesajian agar dewa tidak marah lagi sehingga gunung berhenti meletus.

Matahalemual (1982) menyatakan bahwa gunung api (vulkan) adalah suatu bentuk timbulan di muka bumi, pada umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpancung, kubah ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke permukaan bumi. Menurut K. Wardiyatmoko (2006: 87) magma merupakan campuran batuan-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat panas.Magma di dalam perut bumi yang mengandung sulfida, oksida, dan volatil (gas) akan terus berusaha keluar ke permukaan bumi melalui peristiwa magmatisma dan volkanisma. Sesuai wujudnya menurut Danang Endarto (2009: 104), ada tiga jenis bahan atau material yang dikeluarkan oleh adanya tenaga vulkanisme, yaitu: 1) Benda padat (efflata) terdiri dari debu, pasir, lapili (batu kerikil), batu-batu besar (bom), dan batu apung; 2) benda cair (erffusive) terdiri dari lava, lahar panas, dan lahar dingin; 3) Benda gas (ekshalasi) antara lain solfatar, fumarol, dan mofet.


Kuat atau lemahnya gunungapi tergantung dari tekanan gas, kedalaman dapur magma (kantong di dalam bumi), luasnya sumber/dapur magma, dan sifat magma (cair/kental). Menurut aktivitasnya gunungapi dibagi menjadi 3 golongan: 1) gunungapi aktif, yaitu kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan, misalnya Gunung Stromboli, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dsb; 2) gunungapi mati, yaitu yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi, misalnya Gunung Patuha, Gunung Sumbing, dsb; 3) gunungapi istirahat, ialah yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian istirahat kembali, misalnya Gunung Ciremai, Gunung Kelud, dsb, K. Wardiyatmoko (2006: 88).

Sebelum suatu gunungapi meletus biasanya ditandai oleh berbagai hal, seperti meningkatnya suhu di sekitar kawah sehingga pepohonan di sekitarnya mengering dan mati serta banyak binatang liar yang turun gunung. Selain itu, banyak sumber mata air secara tiba-tiba mengering, sering terjadi suara gemuruh dan getaran-getaran yang dinamakan gempa tremor. Berbagai tanda lainnya diketahui melalui analisis kimia terhadap kandungan gas dan air kawah serta berdasarkan pemantauan dengan peralatan khusus.


Orang-orang zaman sekarang mengagumi gunung, di antaranya karena kemegahan dan ketinggiannya. Mereka mendatangi dan mendaki puncak gunung untuk menguji kekuatan serta keterampilan dirinya. Hawa/ cuaca di daerah gunungapi yang sangat segar dan nyaman menjadikan wilayah tersebut sangat cocok sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata. Seperti halnya di wilayah Lembang dan Puncak di daerah Cianjur dan Bogor, Jawa Barat.


Dibalik segala ketakjuban dan keindahannya serta berbagai manfaat lainnya, ternyata gunungapi menyimpan bahaya yang amat dahsyat. Di berbagai penjuru dunia Bencana yang ditimbulkannya kerapkali memakan korban manusia dan makhluk hidup lainnya dengan jumlah cukup banyak, serta memporak-porandakan segala infrastruktur kehidupan yang ada. Ambil saja contoh di negara kita, Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan gunung Tambora yang meletus pada 1915, masing-masing telah menelan korban manusia sebanyak 36.000 dan 90.000 jiwa. Kalau saja pada saat itu kepadatan penduduk disekitar gunung-gunung tersebut seperti sekarang, maka sudah barang tentu jumlah korban manusianya akan jauh lebih banyak lagi. Begitupula pada tanggal 5 April 1982 Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Jawa Barat, meletus. Meskipun pada saat itu tidak menimbulkan korban nyawa manusia, namun letusan sebelumnya pada tahun 1882 memakan korban sebanyak 4.011 jiwa, Agung Mulyo (2004: 155-156) . Terakhir, rasanya belum hilang duka kita, RSUP. DR Sardjito mencatat dalam (HU Pikiran Rakyat, 6 Nopember 2010) lebih dari 68 korban meninggal dan tidak kurang dari 80 orang mengalami luka bakar akibat letusan Gunung Merapi, Yogyakarta.

Gambar: Fasis Gunung


artikel sebelumnya: Bravo Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendididkan Geografi UPI

artikel selanjutnya: Definisi Geografi

Sekelumit Gunungapi 4.5 5 Riki Ridwana Oleh: Riki Ridwana Bentukan menonjol pada permukaan bumi yang menjulang tinggi memberikan ketakjuban ke pada siapa saja orang yang memandang...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.